SELAMAT DATANG DI BLOG PERUBAHAN SOSIAL

"Makkah adalah realitas empiris, Madinah adalah realitas ideal, jarak keduanya adalah amanah perubahan"

Selasa, 19 Januari 2010

MENGAPA UMAT ISLAM TERBELAKANG

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (qs. Ali Imran 110).


Islam adalah jalan hidup yang sempurna bagi manusia (QS. Al Midah: 3). Al Qur’an adalah kitab petujuk, pembimbing, rahmat bahkan juga obat bagi kehidupan manusia pada umumnya dan orang-orang bertaqwa khususnya (QS.Al Baqarah: 2; Al An’am :157; QS. Ali Imran 138). Bertolak dari beberapa ayat al Qur’an di atas, mestinya sangat wajar jika kaum muslimin, dengan jalan hidup Islam dan atas petunjuk Al Qur’an, mendapat kesuksesan hidup baik secara pribadi maupun sebagai ummat. Namun mengapa kenyataannya justru sebaliknya ? Umat Islam pada zaman modern ini sedang dilanda keterbelakangan hidup, kemiskinan dalam ekonomi, kebodohan dalam bidang ilmu dan teknologi, bercerai-berai dalam bidang sosial-politik. Apakah berarti Allah mengingkari firman-Nya sendiri ? Apakah berarti kitab suci Al Qur’an tidak lagi bisa dipercaya ? Atau kenapa kemunduran Islam sampai terjadi ?
Menurut Syaqib Arsalan seorang ulama Mesir , penyebab kemunduran Umat Islam ada empat; 1. Mereka jauh dari alQur’an dan Sunnah; 2.Mereka bermental minder (inferiarity Complex); 3. Mereka taqlid buta; 4.Mereka berpecah belah.

Umat Islam Jauh dari Al Qur’an dan Al Sunah
Al Qur’an dan Sunnah adalah sumber utama ajaran Islam. Keduanya dapat menjadi petunjuk, rahmat, dan obat bagi kehidupan umat, jika keduanya dibaca, dikaji, dan diamalkan isinya. Namun dalam kenyataan hidup sehari-hari, sudahkah Al Qur’an dan Hadits menjadi bacaan, sumber kajian, dan secara konsisten (teguh) menjadi pedoman hidup umat Islam ? Jawaban atas pertanyaan tersebut tentu kita sudah tahu. Lebih banyak diantara umat Islam yang masih jauh dari Al Qur’an dan Al Sunnah. Keduanya jarang di baca, jarang dikaji, sehingga tentu saja juga jarang dipedomani. Akibatnya, banyak sikap dan prilaku hidup umat yang jauh bahkan sering bertentangan dengan kitab sucinya.

Umat Islam Bermental Minder
Rendah diri atau minder adalah sikap mental yang memandang dirinya serba lemah, kekurangan dan tidak mampu, dan sebaliknya melihat orang lain sebagai pihak yang kuat, dan lebih sempurna. Dengan mental ini, akan muncul sikap silau melihat orang lain, sehingga perlu mencontoh secara membuta, sekalipun harus kehilangan jati dirinya. Manusia seperti ini adalah model manusia pembeo, tidak kreatif dalam berkarya. Akibatnya, manusia bermental demikian selamanya akan ketinggalan di belakang. Banyak diantara umat Islam yang silau melihat cara hidup Barat, sehingga mereka secara membabi buta menirunya. Mulai dari gaya rambut, model dalam pergaulan, hingga cara berpikirnya pun meniru Barat. Diantaranya adalah berpikir serba materi. Materi mendasari pola pikir dan prilaku hidupnya. Dalam hal berbudaya umat Islam merasa maju dan pede kalau berbudaya Barat, sebaliknya minder dengan cara hidup Islam. Na’udzu billah.

Taqlid Buta
Penyebab kemunduran lain adalah taqlid buta. Adalah sikap mencontoh dengan tanpa berpikir dalam beragama. Banyak sekali ayat Al Qur’an yang menyuruh kita berpikir, diantaranya melalui kata-kata: Afala ta’qilun (apakah kamu tidak menggunakan akalmu) , afala tatafakarun (apakah kamu tidak berpikir). Namun dalam kenyataannya, banyak kegiatan keagamaan kita, kita lakukan dengan mencontoh, tanpa tahu mana dasarnya, mengapa harus dilakukan, untuk apa tujuannya dsb. Sikap seperti ini disebut taqlid. Sikap ini muncul sebagai akibat dari sikap merendahkan potensi akal. Karena sikap taqlid buta inilah sejarah Islam dipenuhi tradisi tahayul (hal-hal yang tidak masuk akal), bid’ah (tambahan yang tak perlu dalam agama) dan khurafat. Al Qur’an melarang kita taqlid buta (QS. Al Maidah : 104) Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?

Berpecah-Belah
“Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” kata pepatah tersebut paling pas untuk diterapkan pada umat Islam sekarang ini. Seruan al Qur’an untuk persatuan umat (QS. Ali Imran :103): “ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”, tidak lagi dilaksanakan. Ormas dan Orpol Islam saling tidak akur satu dengan yang lain. Bahkan negara Islam satu tidak harmonis dengan negara Islam lain, atau setidaknya kurang persatuan diantara mereka. Akibatnya potensi umat Islam yang beragam dan banyak tidak banyak bermanfaat untuk kemajuan umat Islam, bahkan bisa jadi malah menghambat. Padahal Jumlah muslim didunia telah mencapai satu meliar atau seperlima penduduk dunia. Andaikata mereka semua bersatu maka tidak saja mereka akan maju, bahkan mereka akan disegani oleh umat yang lain. Diantara cara menjaga persatuan adalah sikapi perbedaan sebagai karunia Allah sekaligus sunatullah yang tak dapat dihindari, dan hayati bagian persamaannya. Bukankah karena perbedaan itu justru akan saling melengkapi antara satu bagian umat dengan lainya ? Kesadaran dan semangat persatuan umat Islam ini tampaknya sudah redup dari hati pemimpin-pemimpin Islam. Akibatnya kekalahan demi kekalahan telah dan sedang umat Islam alami.
Demikianlah faktor-faktor yang menyebabkan umat Islam hingga kini masih dilanda keterbelakangan hampir disegala bidang. Jika kita ingin keluar dari belenggu keterbelakangan itu tidak lain kecuali dengan cara menghilangkan kelima factor di atas. Yakni kembali pada Qur’an dan Sunah, percaya diri, hindari taqlid, dan jaga persatuan. Marilah kita mulai dari sekarang, dari diri kita, dan dari hal yang mungkin. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar